tif, Southampton: Menemukan dunia baru yang belum pernah terjamah adalah tujuan ekspedisi para peneliti di National Oceanography Centre, Southampton, Inggris. Lokasi yang mereka tuju adalah gunung berapi bawah laut terdalam di dunia yang diperkirakan menjadi rumah bagi organisme yang hidup di "dunia yang hilang," lima kilometer di bawah Karibia.
Tim riset yang dipimpin oleh Jon Copley itu menerima dana Rp 7,96 miliar dari Natural Environment Research Council untuk mengeksplorasi Cayman Trough, palung yang terletak di antara Jamaika dan Kepulauan Cayman. Celah di dasar laut Karibia itu memiliki kedalaman lebih dari 5.000 meter di bawah permukaan laut. Palung itu juga memiliki serangkaian gunung berapi bawah laut terdalam dunia yang belum pernah diteliti.
Para ilmuwan itu menyiapkan dua ekspedisi, masing-masing sebulan, untuk tiga tahun ke depan dengan menggunakan kapal riset terbaru Inggris, RSS James Cook. Dari atas kapal, tim itu akan menerjunkan robot selam baru Inggris, Autosub6000, dan sebuah kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV), Isis, ke laut dalam.
Sasaran mereka adalah mencari fitur geologis baru sekaligus spesies laut baru yang mungkin hidup pada celah di dasar laut itu. Sepasukan ilmuwan terkemuka dilibatkan dalam ekspedisi itu.
Ahli geologi Bramley Murton akan menggunakan sistem sonar yang ramah bagi paus untuk memetakan gunung berapi bawah laut agar bisa memahami formasinya. Seorang oceanographer, Kate Stansfield, akan mempelajari arus laut dalam di Palung Cayman.
Sedangkan ahli geokimia Doug Connelly akan memburu celah-celah vulkanis di lantai samudra. Lubang kecil yang selalu mengeluarkan air panas dan mineral terlarut itu diperkirakan adalah rumah bagi beragam makhluk laut dalam yang eksotis, karena temperatur di sekitar celah air panas itu sangat tinggi mencapai 500 derajat Celsius. Ahli biologi kelautan Jon Copley dan Profesor Paul Tyler akan mempelajari satwa yang kemungkinan besar memiliki bentuk dan rupa yang unik itu.
"Cayman Trough kemungkinan adalah 'dunia yang hilang'," kata Copley, dosen di School of Ocean and Earth Science di University of Southampton. "Dia akan memberikan potongan yang hilang dalam puzzle kehidupan laut global. Kami berharap menemukan spesies baru."
Copley berharap riset ke palung terdalam dunia itu bisa mengungkap apakah organisme yang hidup di Cayman Trough memiliki kekerabatan dengan satwa laut yang hidup di celah vulkanis di Pasifik atau Atlantik, atau justru sebaliknya sangat berbeda dengan kedua wilayah itu.
Celah di Atlantik, misalnya, adalah rumah bagi gerombolan udang buta dan tiram unik. Namun celah vulkanis laut dalam di Pasifik timur dihuni oleh cacing karang yang anehnya bisa mencapai panjang lebih dari satu meter.
Tiga juta tahun lampau, sebelum Amerika Utara dan Amerika Selatan bergabung, terdapat sebuah selat dalam yang menghubungkan Pasifik dan Atlantik. Itu berarti gunung berapi bawah laut di Cayman Trough bisa menjadi tempat persembunyian bagi rantai yang hilang antara kehidupan laut dalam di dua samudra.
"Kami berharap menemukan berbagai jenis celah di sepanjang pegunungan dasar laut itu," kata Copley. "Beberapa celah memiliki kedalaman yang sangat mirip dengan celah vulkanis yang telah kami ketahui. Dan karena kondisinya sama, kami memperkirakan binatangnya pun mungkin amat mirip."
Jika organisme di Cayman Trough mirip dengan binatang di dua celah vulkanis lainnya, kuat dugaan arus samudra memainkan peran dalam membentuk pola kehidupan laut dalam sehingga mempengaruhi arus larva binatang di sekelilingnya. Namun bila satwa Cayman Trough amat berbeda dengan dua wilayah lainnya, berarti terjadi isolasi yang memisahkan organisme di Cayman dengan tempat lainnya.
Menemukan apa yang hidup dalam kanal sempit itu dapat membantu ilmuwan memahami pola kehidupan laut di seluruh dunia. "Samudra dalam adalah ekosistem terbesar di planet kita sehingga pola kehidupannya harus dipahami," kata Copley. "Eksplorasi laut dalam juga bisa membantu ilmuwan dalam mencari formula penangkal kanker yang baru dan pemasangan kabel serat optik yang lebih baik untuk Internet. Keduanya berkat organisme laut dalam."
Tapi sangat tak gampang bekerja di kedalaman lebih dari lima kilometer, yang akan membawa kendaraan selam laut dalam Inggris ke batas maksimalnya. Itulah sebabnya Copley dan timnya menggunakan dua kendaraan nirawak yang mampu menyelam ke kedalaman tersebut.
Isis, kendaraan remote control yang berguna untuk mengambil gambar lantai laut sekaligus mengoleksi sampel binatang laut dengan lengan robotik, mampu mencapai kedalaman 6.500 meter. Isis juga akan mengambil sampel cairan dan sedimen di sekitar mulut celah vulkanis untuk mengetes kandungan geokimianya.
Sedangkan Autosub6000, robot selam baru yang dirakit di Southampton, dapat menyelam hingga kedalaman 6.000 meter. Berbeda dengan Isis, Autosub6000 dapat bergerak secara mandiri. Robot selam ini dapat menjalankan misi tanpa harus dikendalikan manusia.
Copley optimistis riset ini akan berlangsung tanpa hambatan ataupun protes dari negara-negara di kawasan Karibia. "Gunung berapi dasar laut ini terletak dalam teritori dasar laut Inggris yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata Copley. "Kini kami memiliki teknologi untuk mengeksplorasinya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar